Sepatu adalah salah satu jenis alas kaki atau produk fashion yang biasanya terdiri bagian-bagian tertentu seperti, sol, hak, kap, tali, dan lidah.
Sepatu biasanya terbuat dari bahan kanvas atau kulit. Pada awalnya sepatu dibuat guna melindungi kaki, yaitu dengan menutupi semua bagian mulai dari jari jemari, punggung kaki hingga bagian tumit.
Sejak kemunculanya dari abad ke abad, telah banyak macam bahan yang digunakan dan model yang dibuat berdasarkan fungsi dari sepatu itu sendiri.
Tidak sedikit pula beragam sepatu yang dibuat dari berbagai belahan dunia yang terkesan aneh dan nyeleneh.
Lotus Shoes, Cina
Pada zaman dahulu di Cina, untuk menjadi cantik adalah dengan membentuk kaki mereka sehingga menjadi kecil. Kaki mungil ini mulanya hanya dipraktekan oleh wanita keturunan bangsawan dan dianggap melambangkan keindahan dan kemakmuran.
Proses pembentukan kaki ini dilakukan sejak mereka masih kanak-kanak, sekitar usia empat sampai tujuh tahun. Mulanya, kaki dioles dengan ramuan tumbuh-tumbuhan dan darah hewan agar lemas. Kemudian kuku kaki dipotong sedalam mungkin. Lalu semua jarai-jari kaki akan ditekuk ke arah telapak kaki hingga tulang-tulangnya patah. Jari kaki yang menempel pada telapak kaki kemudian diikat erat dengan kain dan ditekuk sejajar dengan tunkai sampai ke punggung kaki, lalu dibebat lagi dengan kain panjang.
Hasilnya kaki akan tumbuh ideal dengan panjang 7-9 cm setelah pembebatan selama 2 tahun. Gadis tersebut akan berjalan sangat perlahan dengan bertumpu pada tumit sehingga cara berjalannya akan berlenggak lenggok.
Kabkabs, Lebanon
Sepatu yang terbuat dari kayu ini sering dikenal sebagai “kabkabs” atau “nalins”. Pada zamanya, sepatu ini digunakan oleh wanita di Timur Tengah dan dianggap sepatu yang praktis bagi mereka guna melindungi diri dari kotoran dan ketidaknyamanan pada jalanan yang basah, becek atau berlumpur dan di tempat yang panas.
Bagi mereka yang termasuk orang kaya, sepatu kab-kab mereka biasanya dihiasi dengan mutiara. Desain dari sepatu ini sendiri, dibuat dengan sangat tinggi dan dilapisi dengan bordir kulit, sutra atau beludru. Bagian atasnya disulam dengan perak, emas atau kawat timah.
Dan untuk acara-acara khusus seperti pernikahan, sepatu kab-kab ini dibuat dengan tinggu dua meter dan dihiasi dengan perak atau ornamen perak kecil. Nama “kabkabs” itu sendiri berasal dari suara yang terdengar dari sepatu tersebut ketika digunakan saat berjalan di atas lantai marmer.
Chopines, Italia
Sepatu ini terbuat dari kayu yang dilapisi dengan sutra halus atau beludru dan dihiasi dengan renda perak serta rumbai sutra. Sayangnya, sepatu Chopines jarang terlihat, bahkan dalam lukisan dari periode ke periode, karena perempuan selalu mengenakan gaun panjang yang menutupi alas kaki mereka.
Sepatu ini mulai digunakan pada zaman renaissance dan masih banyak digemari oleh para wanita Italia hingga awal abad ke-17. Tujuan utama memakai Chopines adalah untuk mempercantik penampilan si pemakai.
Chopines tidak hanya membuat pemakainya lebih tinggi hingga 18 cm (5 inci), tapi juga membuat pemakainya terkesan lebih berkelas karena sangat mewah dan mahal. Sayangnya, pada era sekarang ini, hanya sejumlah kecil museum memiliki contoh asli sepatu chopines.
High Heels Pria, Eropa
Sepatu dan kaus kaki adalah dua hal yang sangat penting bagi pria Eropa di tahun 1700-an. Laki-laki mulai menaruh perhatian pada bentuk kaki yang indah dan sepatu yang bagus guna menunjang penampilan mereka.
Dan untuk bangsawan, sepatu itu dibuat mewah dengan hak yang tinggi dan berenda, atau dihiasi dengan bunga mawar. Louis XIV juga memiliki sepatu hak tinggi dengan sol berwarna merah.
Padukas, India
Ceremonial padukas, atau toe-knob, adalah nama alas kaki utama tertua India. Sepatu ini hanya terdiri dari alas kakinya serta knob yang terletak di antara jempol kaki masing-masing pasang sepatu. Knob tersebut pada umumnya terbuat dari perak, kayu, besi atau bahkan gading.
Bahkan ada Spiked Paduka (Paduka dengan paku besar) digunakan untuk masokisme. Yaitu suatu proses guna mendapatkan kepuasan atau gairah seksual dengan memiliki rasa sakit yang ditimbulkan pada diri sendiri.
Beberapa masokis, menggunakan bentuk aichmophilia atau knop dengan jarum dan paku. Setelah rasa sakit berlangsung selama 20-40 menit, tubuh akan mulai memproduksi opiat. Yaitu bahan kimia tubuh yang mampu mengurangi sensasi rasa sakit dan menyebabkan anestesi atau rasa gembira yang diduga dapat meningkatkan sensitivitas. Sandal Spiked Padukas yang dikenakan oleh orang India yang menganut Hindu Sadhus, atau orang-orang suci.
Wooden Bridal Shoes, Perancis
Sepatu pengantin kayu dengan ujung menyerupai tanduk ini dibuat di Bethmale Valley. Bagian selatan kota Saint Girons di distrik Ariege. Sepatu ini bahkan sudah ada sejak abad ke-9.
Saat itu, penduduk setempat menaklukan sekumpulan penjahat yang menculik banyak wanita desa dengan tusukan sepatu ke bagian hati dengan menggunakan tanduknya yang tajam.
Sepatu ini terbuat dari sebongkah kayu yang diambil dari pohon walnut beserta akarnya, para pria juga menggunakan sepatu ini untuk diberikan kepada pasangan mereka. Dikatakan bahwa semakin tinggi tanduk sepatu, maka semakin tinggi cinta yang dimiliki.
Okobo, Jepang
Jauh sebelum tahun 1970, para Geisha magang di Jepang (Maiko), telah menggunakan Okobo. Okobo terbuat dari satu potong kayu yang di desain secara alami tanpa tambahan atau hiasan apapun.
Tinggi dari sepatu Okobo ini sekitar 5,5 inci (14 cm), dan bagian depanya diukir secara berongga, dimana ketika digunakan untuk berjalan, okobo akan mengeluarkan suara yang khas. Warna kain yang digunakan pada okobo pun disesuaikan dengan status maiko.
Misalnya, maiko dengan status baru akan menggunakan warna merah, sementara maiko yang hampir selesai dari proses magang akan menggunakan warna kuning. Dan alasan menggunakan okobo ini karena sangat praktis untuk membuat mereka terlihat tinggi.
Plaited birch bark, Finlandia
Pada awal abad ke-20, wanita Finlandia mengenakan sepatu anyaman kulit kayu ini dalam kesehariannya. Umumnya bahan yang di gunakan untuk membuat sepatu ini terbuat dari kulit kayu birch, tetapi ada juga yang terbuat dari kulit kayu linden atau kulit pohon limau. Sayangnya, umur sepatu kulit ini tidak bisa bertahan lama, hanya bisa digunakan selama enam hingga tujuh hari.
Sepatu biasanya terbuat dari bahan kanvas atau kulit. Pada awalnya sepatu dibuat guna melindungi kaki, yaitu dengan menutupi semua bagian mulai dari jari jemari, punggung kaki hingga bagian tumit.
Sejak kemunculanya dari abad ke abad, telah banyak macam bahan yang digunakan dan model yang dibuat berdasarkan fungsi dari sepatu itu sendiri.
Tidak sedikit pula beragam sepatu yang dibuat dari berbagai belahan dunia yang terkesan aneh dan nyeleneh.
Lotus Shoes, Cina
Lotus Shoes, Cina |
Proses pembentukan kaki ini dilakukan sejak mereka masih kanak-kanak, sekitar usia empat sampai tujuh tahun. Mulanya, kaki dioles dengan ramuan tumbuh-tumbuhan dan darah hewan agar lemas. Kemudian kuku kaki dipotong sedalam mungkin. Lalu semua jarai-jari kaki akan ditekuk ke arah telapak kaki hingga tulang-tulangnya patah. Jari kaki yang menempel pada telapak kaki kemudian diikat erat dengan kain dan ditekuk sejajar dengan tunkai sampai ke punggung kaki, lalu dibebat lagi dengan kain panjang.
Hasilnya kaki akan tumbuh ideal dengan panjang 7-9 cm setelah pembebatan selama 2 tahun. Gadis tersebut akan berjalan sangat perlahan dengan bertumpu pada tumit sehingga cara berjalannya akan berlenggak lenggok.
Kabkabs, Lebanon
Kabkabs, Lebanon |
Bagi mereka yang termasuk orang kaya, sepatu kab-kab mereka biasanya dihiasi dengan mutiara. Desain dari sepatu ini sendiri, dibuat dengan sangat tinggi dan dilapisi dengan bordir kulit, sutra atau beludru. Bagian atasnya disulam dengan perak, emas atau kawat timah.
Dan untuk acara-acara khusus seperti pernikahan, sepatu kab-kab ini dibuat dengan tinggu dua meter dan dihiasi dengan perak atau ornamen perak kecil. Nama “kabkabs” itu sendiri berasal dari suara yang terdengar dari sepatu tersebut ketika digunakan saat berjalan di atas lantai marmer.
Chopines, Italia
Chopines, Italia |
Sepatu ini mulai digunakan pada zaman renaissance dan masih banyak digemari oleh para wanita Italia hingga awal abad ke-17. Tujuan utama memakai Chopines adalah untuk mempercantik penampilan si pemakai.
Chopines tidak hanya membuat pemakainya lebih tinggi hingga 18 cm (5 inci), tapi juga membuat pemakainya terkesan lebih berkelas karena sangat mewah dan mahal. Sayangnya, pada era sekarang ini, hanya sejumlah kecil museum memiliki contoh asli sepatu chopines.
High Heels Pria, Eropa
High Heels Pria, Eropa |
Dan untuk bangsawan, sepatu itu dibuat mewah dengan hak yang tinggi dan berenda, atau dihiasi dengan bunga mawar. Louis XIV juga memiliki sepatu hak tinggi dengan sol berwarna merah.
Padukas, India
Padukas, India |
Bahkan ada Spiked Paduka (Paduka dengan paku besar) digunakan untuk masokisme. Yaitu suatu proses guna mendapatkan kepuasan atau gairah seksual dengan memiliki rasa sakit yang ditimbulkan pada diri sendiri.
Beberapa masokis, menggunakan bentuk aichmophilia atau knop dengan jarum dan paku. Setelah rasa sakit berlangsung selama 20-40 menit, tubuh akan mulai memproduksi opiat. Yaitu bahan kimia tubuh yang mampu mengurangi sensasi rasa sakit dan menyebabkan anestesi atau rasa gembira yang diduga dapat meningkatkan sensitivitas. Sandal Spiked Padukas yang dikenakan oleh orang India yang menganut Hindu Sadhus, atau orang-orang suci.
Wooden Bridal Shoes, Perancis
Wooden Bridal Shoes, Perancis |
Saat itu, penduduk setempat menaklukan sekumpulan penjahat yang menculik banyak wanita desa dengan tusukan sepatu ke bagian hati dengan menggunakan tanduknya yang tajam.
Sepatu ini terbuat dari sebongkah kayu yang diambil dari pohon walnut beserta akarnya, para pria juga menggunakan sepatu ini untuk diberikan kepada pasangan mereka. Dikatakan bahwa semakin tinggi tanduk sepatu, maka semakin tinggi cinta yang dimiliki.
Okobo, Jepang
Okobo, Jepang |
Tinggi dari sepatu Okobo ini sekitar 5,5 inci (14 cm), dan bagian depanya diukir secara berongga, dimana ketika digunakan untuk berjalan, okobo akan mengeluarkan suara yang khas. Warna kain yang digunakan pada okobo pun disesuaikan dengan status maiko.
Misalnya, maiko dengan status baru akan menggunakan warna merah, sementara maiko yang hampir selesai dari proses magang akan menggunakan warna kuning. Dan alasan menggunakan okobo ini karena sangat praktis untuk membuat mereka terlihat tinggi.
Plaited birch bark, Finlandia
Plaited birch bark, Finlandia |
Post a Comment